Wednesday, November 28, 2018

MAKALAH macam macam pemberian obat

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis juga menetapkan batasan masalah melalui:
1. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Oral.
2. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Secara Langsung, Tidak Langsung Dan Melalui Selang Intravena
3. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Intramuskular
4. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Subkutan
5. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Intrakutan
6. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Rektum
7. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Vagina
8. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Kulit
9. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Mata
10. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Telinga
11. Menjelaskan Tentang Teknik Pemberian Obat Melalui Hidung
Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adaalah, agar mahasiswa mampu memahami dan mengenal tentang teknik pemberian obat melalui oral, secara langsung, tidak langsung, intramuscular, subkutan, intrakutan, rektum,  vagina, kulit, mata, telinga, hidung.
2) Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui oral
2. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui secara langsung, tidak langsung melalui selang intravena
3. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui intramuskular
4. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui subkutan
5. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui intrakutan
6. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui rektum
7. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui vagina
8. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui kulit
9. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui mata
10. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui telinga
11. Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui hidung

.1 PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL
A. Pengertian
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. Memberikan obat oral adalah suatu tindakan untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan program pengobatan dari dokter.
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.
B. Keuntungan
Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral diantaranya  cocok dan nyaman bagi klien, Ekonomis, Dapat menimbulkan efek local atau sistemik, dan Jarang membuat klien cemas.
C. Kelemahan
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1 sampai dengan 1 ½ jam. Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah (mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula.
D. Tujuan Pemberian
1. Untuk memudahkan dalam pemberian
2. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat   segera diatasi
3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
4. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
5. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
6. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.


E. Indikasi
1.      Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2.      Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.
F. Kontraindikasi
Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan menelan, dsb.

G. Metode pemberian obat per oral
1.)    Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat (bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
2.) Prosedur kerja
   1.   Siapkan peralatan dan cuci tangan.
   2.  Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya  program tahan  makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
   3.  Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian)  periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
   4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
   5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).

       1) Tablet atau kapsul
Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
  Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan.
        Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.
 2) Obat dalam bentuk cair
        Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
  Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
  Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
     Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.
     Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
   Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
      Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

  Yang perlu diperhatikan
1)      Identifikasi klien dengan tepat.
2)      Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien.
3)      Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.
4)      Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.
5)      Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
6)      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.
7)      Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
1. Pengertian Pemberian Obat Melalui Intravena
Pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke jantung.
Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk   :
a.       Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan  injeksi perenteral lain . Sehingga sering digunakan pada pasien yang sedang gawat darurat.
b.      Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan.
c.       Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

Lokasi Pemberian
Pada Lengan   (v. mediana cubiti / v. cephalika).
Pada Tungkai (v. Spahenous).
Pada Leher      (v. Jugularis).
Pada Kepala    (v. Frontalis atau v. Temporalis) khusus pada anak – anak.



2. Macam-macam Cara Pemberian Obat Melalui Intravena
1.      Secara langsung
Merupakan pemberian obat dengan cara memasukkan obat melalui pembuluh darah vena secara langsung. Pembuluh darah vena yang dapat digunakan diantaranya vena mediana cubiti/cephalika/basilica (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala).

Tujuan :

a.       Agar reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah dibanding cara parentral lainnya,
b.      Menghindari kerusakan jaringan lebih besar dan umumnya memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

2. Secara tidak langsung
Pemberian Obat  Melalui infus ( secara tidak langsung ) ada dua cara, yaitu :
1) Pemberian obat intravena melalui wadah
Memberikan obat intravena melalui wadah merupakan pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat ke dalam wadah cairan intravena.
Tujuannya : Untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapeutik dalam darah.
2) Pemberian obat intravena melalui selang
Merupakan cara pemberian obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam media (selang), yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.

3. Pemberian obat melalui intramuskular
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke jaringan otot dengan menggunakan spuit. Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas.
A) Tempat untuk injeksi intramuskular
   1)    Paha (vastus lateralis)

posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik  pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
   2) Ventrogluteal

Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi.

3)Dorsogluteal

Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.

  4) Rectus femorisPada orang dewasa, rectus femoris terletak pada sepertiga tengah paha bagian depan.Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml (untuk bayi antara 1-3 ml).Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.

  5) Otot Deltoid di lengan atas

Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi pada deltoid adalah meletakkan dua jari secara vertical dibawah akromion dengan jari yang atas diatas akromion. Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.

B) Tujuan injeksi Intramuskular

a.       Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh

b.      Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat yang diberikan melalui subcutan.

c.       Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah atau mengurangi iritasi obat. Namun perawat harus nerhati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuscular karena cara ini dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri dan rasa takut pad pasien.

C) Macam-macam Obat dan Cara Pemberian

 1) MATOLAC

·         Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.

·         DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam . maks: sehari 90 mg, lama terapi maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5 hari . km : 5 amp 10 mg


2) FENTANYL

·                Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme akut, serangan asma akut, intolerensihamil,laktasi.

·                DOSIS: pramedikasi, 100 mcg scr IM 30-60 sblm op.

3) DOLGESIK

·                Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat ,nyeri paska op (oprasi).

·                DOSIS: dosis tunggal untuk dewasa  dan anak-anak >12 thn : 1 amp (100mg) IM di suntikkan perlahan-lahan. Maksimal 4 amp .anak- anak :, 1 thn: 1-2 mg/kg.

4) DURALGIN.

·                Untuk analgesik seperti : nyeri setelah op,neuralgia.

·                DOSIS

ü   Dws 25-100 mg ,maksimal sehari 300 mg dalam dosis.

ü   Bagi, anak ,6 thn: sehari maks 100 mg i.m

ü   Dosis bagi anak-anak 6-12 thn : sehari maksimal 20000 mg.

5) DOLANA

·                Untuk nyeri akut atau kronik setelah operasi.

·                DOSIS: IM 1-2 amp 50 mg/ml atau 1 amp 100 mg/2ml : SK ,1-2 amp 50 mg/ml atau 1 amp 100mg/ 2ml, apabila masih nyeri dapat ditambahkan 1 ml setelah selang waktu 30-60 menit ,dosis sehari tidak melebihi 400 mg.

6) MATOLAC

·         Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang sampai dengan berat.

·         DOSIS : 10-30 mg tiap 4-6 jam . maks: sehari 90 mg, lama terapi maksimal (pemberian IM/IV) tidak boleh dari 5 hari . km : 5 amp 10 mg.


• SUBCUTAN
  A.PENGERTIANYA
yaitu memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dilakukan pada lengan atas
sebelah luar .

A.TUJUAN PEMBERIAN OBAT SECARA SUBCUTAN
1.Sebagai tindakan pengobatan.
A.INDIKASI
1. Obat obat yang di berikan harus berdasarkan program pengobatan
.2.     Sebelum menyiapkan obat suntikan . Bacalah dengan teliti petunjuk pengobatan yang ada
dalam catatan medik atau status pasien . Yaitu nama obat ,dosis , waktu , dan cara
pemberiannya
.3. Pada waktu menyiapkan obat ,bacalah dengan teliti label atau etiket obat dari tiap – tiap
obat . Obat – obat yang kurang jelas etiketnya tidak boleh diberikan kepada pasien .
4.     Perhatikan teknik septic dan aseptic .
5. Spuit dan jarum suntik tidakboleh dipergunakan untuk menyuntik pasien lain sebelum
disterilkan .
6.Spuit yang retak atau bocor, dan jarum suntik yang sudah tumpul atau berkarat atau ujungnya
bengkok , tidak bolah dipaki lagi .
7. Memotong ampul dengan gergaji ampul harus dilakukan secara hati – hati , agar tidak
melukai tangan dan pecahnya tidak melukai tangan dan pecahnnya tidak masuk kedalam otot
.8.     Pasien yang telah mendapat suntikan harus  diawasi untuk beberaapa waktu ,sebab ada
kemungkinan timbul reaksi allergi dan lain – lain .
9.  Bagi pasien yang berpenyakit menular malalui peredaran darah ( misalnya pasien hepatitis )
harus digunakan jarum dan spuit khusus .
10. Setiap selesai penyuntikan peralatan harus dimasukkan ke dalam larutan desinfektan , lalu
disterilakan dan disimpan di dalam tempat khusus

 KONTRA INDIKASI
1. Tempat dan penyuntikan harus tepat dan benar.
2. Perhatikan tekhnik septik dan aseptik
.3. Jenis dan dosis obat yang akan diberikan harus tepat dan benar demikian juga cara
melarutkan mencampur obat.
4. Setelah obat masuk semua jarum dicabut dengan cepat.
5.Bekas tusukan jarum ditekan dengan kapas alkohol.
E.  PERSIAPAN
1.  Alat  Spuit 3 ml atau 5 ml.
2.  Bak instrument. 
3.   Kom. 
 4. Perlak dan alasnya. 
 .5  Bengkok.   
6.Kapas Alkohol.   
7.Obat injeksi dalam vial atau ampul
8.Daftar pemberian obat. 
    9.  Waskom berisi larutan Chlorin 0,5%.2

          Pasien.
a.Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan jika keadaan memungkinkan.
b. Pakain pasien yang akandi injeksi harus dibuka.

PROSEDUR TINDAKAN
1. Beri pernjelasan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan.
2.  Siapkan peralatan ke dekat pasien.
3. Pasang sampiran atau penutup tirai
.4.  Atur posisi pasien
5. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
6.  Pakai sarung tangan.
7.  Bebaskan derah yang akan disuntik dari pakaian.
8.  Pasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
9.   Hapus amakan daerah penyuntikan secara sirkular dengan kapas alkohol.
10. Angkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang non dominan.
11. Tusukkan jarum ke  kulit dengan posisi jarum dan kulit membentuk sudut ± 45º12. Tarik
sedikit penghisap untuk sedikit aspirasi.
13. Masukkan obat perlahan-lahan ke dalam otot
.14. Tekan tempat tusukan jarum dengan kapas alcohol.
15. Bereskan alat
16. Lepas sarung tangan , rendam dalam larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit
17. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan mengeringkan dengan handuk bersih
18. Melakukan dokumentai  Alat Dalam persiapan alat suntikan subcutan antara teori dan
praktek dilapangan masih ada beberapa hal yang belum sesuai dengan teori yang ada . Dalam
praktek di lapangan dalam melakukan tindakan menyuntik dengan subcutan harus
menggunakan sarung tangan sebagai perlindungan diri kita dan juga dalam teori menggunakan
perlak dan pengalasnya , namun dalam praktek di lapangan itu tidak di gunakan .


Pasien
Pasien diberikan suntikan intra cutan mempercepat reaksi obat , sehingga obat bisa langsung
masuk ke sistem sirkulasi darah pasien

Definisi injeksi IC(intracutan)
Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam jaringan kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata “ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominyamempunyai derajat pembuluh darah tinggi pembuluhdarah betul-betul kecil, makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat dibawah startumkorneum.
Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam air volume yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk tujuan diagnosa.(Alimul, 2006)2.

Tujuan injeksi IC(intracutan)
1.  Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat
3.Membantumenentukandiagnosaterhadappenyakittertentumisalnya,(tuberculin test)
4.Menghindarkanpasiendariefekalergiobat ( dengan skin test )
5.   Digunakanuntuk test tuberculinatau test alergi terhadap obat-obatan
6. Pemberian vaksinasi.
Indikasi injeksi IC(intracutan)
1. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test ).
2.  Pasien yang akan melakukan vaksinasi
3. Mengalihkan diagnosa penyakit
4. Sebelum memasukkan obat

Kontraindikasi injeksi IC(intracutan).

1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
2.Pasien dengan kulit terluka
3.Pasien yang sudah dilakukan skin test

Keuntungan injeksi IC(intracutan)
 1.Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat
2. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
3. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat

Kerugian injeksi IC(intracutan).

1. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik lagi ini berarti pemusnahan obat yangmempunyai efek tidak baik atau toksit maupun kelebihan dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar dilakukan.
2. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
3. Memerlukan petugas terlatih yang berwenang untuk melakukan injeksi.
4.Adanya resiko toksisitas jaringan dan akan terasa sakit saat penyuntikan.


Prinsip injeksi IC(intracutan).

1. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara pemberian, benar keterangan tentang obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat padapasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
2.Untuk mantoux test (pemberian PPD) diberikan 0,1 CC dibacasetelah 2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
3.Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
4.Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya bila ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan terapi
5. Injeksi Intracutan yang dilakukan untuk melakukan test pada jenis antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil 0,1 CC dalam spuit dan menambahkan aquabides 0,9 CC dalam spuit, yang disuntikkan pada pasiennya 0,1 CC6.     Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 CC dalam spuit untuk langsung di suntikkan pada pasien(Potter & Perry, 2010)


Lokasi yang digunakan untuk injeksi IC(intracutan).
1.Lengan bawah bagian dalam
2. Dada bagian atas
3. Punggung dalam area scapula(Widyatun,2012

Prosedur pemberian obat injeksi IC(intracutan).
Pemberian obat secara intracutan adalah tindakan memasukkan obat kedalam tubuh melalui jaringan kulit dengan menggunakan spuit. Pemberian obat secara intracutan dapat dilakukan pada lengan bawah bagiandalam, dada bagian atas, dan punggung di bawah scapula.

Tujuan
1. Untuk tes diagnostik terhadap alergi.
2. Mengetahui reaksiobat tertentu.
3.Untuk tes penyakit tertentu. Alat dan Bahan Baki yang berisi :
1.Bak injeksi
2. Obat yang digunakan
3. Spuit sesuai penggunaan (spuit 1cc)
4.Kapas alkohol
5.Aquabides, jika obat dilarutkan
6. Sarung tangan
7.Bengkok
8. Pengalas Persiapan Pasien.       
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan dilakukanProsedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan
3. Periksa kembali order obat : nama pasien, nama dan dosis obat, rute pemberian, dan waktu pemberian.
4.Siapkan obat
5. Letakkan peralatandan obat ke dekat pasien
6.Posisikan pasien senyaman mungkin
7.Letakkan pengalasdan bengkok dekat dengan area yang akandi injeksi
8.Buka obat dengan cara :
a. Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih berupa bubuklarutkan dengan aqua bidest sebanyak yang tercantum pada petunjuk penggunaan obat.
b. Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan leher ampul dengan tangan menggunakan kain kasa.
9. Isi spuit sebanyak 0,1 ml dan larutkan dengan aqua bides bila
perlu :
a.Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk jarum dengan posisi baveltegak. Suntikkan udara kedalam flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon dengan ibu jari dan jari tengah sedangkan tangan kanan memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam keadaanspuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
b. Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari ampul.
10. Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian masukkan ke dalam bak injeksi.
11. Pilih area penusukan kemudian, lakukan disinfeksi dengan kapas alkohol.
12. Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghadap ke atas membentuk sudut 15-200dari permukaankulit.
13. Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung.
14. Tarik spuit tanpa melakukan masase.
15. Tandai daerah suntikan, tunggu 10 menit perhatikan reaksipasien bila ada rasa gatal berarti pasien alergi terhadap obat. Akan tetapi, jika tidak ada rasa gatal lanjutkan pemberian obat.
16. Rapikan pasien.
17. Rapikan alat.18. Cuci tangan19. Dokumentasikan tindakan

A.    Definisi Pemberian Obat Melalui Rektum

Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukkan obat mealui anus dan kemudian rectum ,dengan tujuan memberikan efek local dan sistematik. Tindakan pengobatan ini disebut  pemberian obat supositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat , menjadikan lunak pada daerah fases ,dan merangsang buang air besar .
Pemberian obat yang memiliki efek local, seperti obat dolcolas supositoria,berfungsi untuk meningkatkan defekasi secara local pemberian obat dengan obat sistemik, seperti obat aminofilin supositoria, berfungsi mendilatasi bronchus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding rental yang melewati sphincter ani interna. Kontraindikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui anus atau rektum. Umumnya berbentuk torpedo dapat meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik.
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak melewati mulut dan tidak menuju ke arah lambung, hanya dimetabolisme dalam darah dan dinding usus.
Salep (cream) adalah sediaan yang digunakan untuk pemberian topikal ke area perianal. Sebagian besar digunakan untuk terapi kondisi lokal pruritis anorektal, inflamasi dan nyeri atau ketidaknyamanan akibat wasir.
B.     Tujuan
Memberikan efek lokal dan sistemik. Contoh: efek local untuk melunakkan faeces dan merangsang/melancarkan defekasi, efek sistemik untuk dilatasi bronkus.

C.    Manfaat
Manfaat memberikan obat melalui rektuk yaitu tidak menimbulkan iritasi pada saluran bagian atas, mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar (pembuluh darah di rectum tidak ditransportasikan melalui liver), dan pada obat tertentu diabsorpsi dengan baik melalui dinding rectum.

D.    Persiapan Alat
1.      Baki berisi : obat suppositoria dalam bungkusnya, sarung tangan, kain kassa, pelican,  kertas tissue
2.      Sampiran bila perlu
3.      Pot bila perlu
4.      Pengalas berikutnya
5.      Nierbekken
6.      Waskom berisi larutan clorin 0,5%
E.     Cara Kerja
            1.      Cocokan  akurasi dan kelengkapan  tiap MAR dengan resep obat asli dari dokter.Periksa kembali nama klien dan nama obat,dosis ,jalur dan waktu pemberian obat
            2.      Lihat kembali rekam medis apakah terdapat riwayat pembedahan rectal atau perdarahan.
            3.      Siapkan obat dan bandingkan label obat dengan MAR setidaknya dua kali sebelum memberikan obat.
            4.      Berikan obat pada klien tepat waktu dan selalu cuci tangan.
            5.      Kenali klien dengan menggunakan setidaknya dua tanda identifikasi klien. Bandingkan nama  klien dan tanda identifikasi yang lain (contoh:nomor registrasi rumah sakit) pada gelang identifikasi dengan MAR. Mintalah klien untuk menyebutkan namanya sebagai identifikasi terakhir.
            6.      Bandingkan label obat dengan MAR sekali lagi disamping tempat tidur klien.
            7.      Ajari klien mengenai obatnya. Jelaskan prosedur mengenai posisi dan sensasi yang mungkin terjadi seperti rasa ingin buang air. Pastikan klien mengerti prosedur tersebut jika ia ingin menggunakan obatnya sendiri.
            8.      Tutup pintu ruangan atau tarik horden agar didapatkan privasi.
            9.      Gunakan sarung tangan bersih.
        10.      Bantu klien mencapai posisi Sims’. Tutup bagian bawah klien sehingga hanya area anus yang terlihat.
        11.      Pasikan pencahayaan cukup untuk melihat anus dengan jelas. Periksa kondisi anus external,dan palpasi dinding rectum seperlunya. Lepas sarung tangan jika kotor dan buang ditempat yang disediakan.
        12.      Gunakan sarung tangan baru.
        13.      Ambil supositoria dari bungkusnya, berikan pelumas pada ujung yang bulat (lihat ilustrasi) dengan jeli pelumas larut air. Licinkan jari teluntuk tangan dominan denganpelumas yang sama
        14.      Minta klien untuk mengambil nafas melalui mulut dan lemaskan sfinter anii.
        15.      Tarik bokong dengan tangan non dominan. Masukan perlahan supositoria  menyusuri dinding anus melewati sfinter bagian dalam, 10cm (4 inci) pada orang dewasa, 5cm (2 inci) pada anak-anak dan bayi (lihat ilustrasi). Tekan dengan lembut untuk menahan bokong sesaat sehingga obat tidak keluar lagi.
        16.      Keluarkan jari, dan usap area anus dengan tisu.
        17.      Bereskan alat-alat, lepaskan sarung tangan, dan cuci tangan.
        18.      Mintalah klien untuk tetap berbaring atau miring selama kurang lebih 5   menit untuk mencegah obat keluar.
        19.      Jika supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakan lampu pemanggil didekat klien.
        20.      Catat pemberian obat pada MAR.
        21.      Perhatikan efek supositoria (contoh gerakan otot, obat mual) sesuai dengan onset dan durasi obat.

F.     Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.

G.    Kontra Indikasi
1.      Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
2.      Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
3.      Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
4.      Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
5.      Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
6.      Pembedahan rektal.
7.    Klien dengan pembedahan rectal

H.      Yang Harus diperhatikan
1.      Identifikasi klien dengan tepat
2.      Menjelaskan mengenai tujuan dan cara kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
3.      Perawat/bidan bertanggung jawab untuk mengikuti perintah yang tepat
4.      Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
5.      Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
6.      Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa
7.      Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang bersangkutan.
8.       Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
9.      Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan.

10.  Melakukan eveluasi mengenai efek obat pada klien.

  Pengertian vagina
Pemberian Obat Melalui Vagina Adalah cara pemberian obat yang melalui vagina. Untuk bentuk tidak jauh beda dengan pemberian secara rektal. Dan biasanya diberikan pada pasien-pasien yang hamil dan mengalami pecah ketuban dan diberikan agar merangsang kontraksi.
2.2  Tujuan
Mendapat kan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.
2.3  Indikasi dan Kontraindikasi
a.    Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
b.    Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.

2.4  Macam-macam Obat Pervagina
Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidianjurkan.
Contoh Obat Suppositoria pervagina:
a.    Flagil Suppositoria
b.    Vagistin Suppositoria
c.    Albotil Suppositoria
d.    Mistatin Suppositoria
e.    Tri Costatis Suppositoria
f.     Neoginoksa Suppositoria
2.5  Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Melalui vagina
a.    Keuntungan
·        Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan
·        Mengobati infeksi pada vagina.
·        Mengurangi peradangan
b.    Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.

2.6  Prosedur Pemberian Obat Melalui Vagina
a.       Persiapan Alat dan Bahan
1.      Obat dalam tempatnya.
2.      Sarung tangan.
3.      Kain Kasa.
4.      Kertas tisu.
5.      Kapas Sublimat dalam tempatnya.
6.      Pengalas.
7.      Korentang dalam tempatnya.
b.      Prosedur Kerja
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.      Gunakan sarung tangan.
4.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5.      Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
6.      Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
7.      Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
8.      Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
9.      Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
10.  Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
11.  Cuci tangan.
12.  Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.

2.1 Pemberian Obat Melalui Kulit
Merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, atau mengatasi infeksi. Pemberian obat kulit dapat bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol, dan sprei.
2.1.1 Alat dan Bahan:
1.      Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim,aerosol, sprei).
2.      Pinset anatomis.
3.      Kain kasa.
4.      Kertas tisu.
5.      Balutan.
6.      Pengalas.
7.      Air sabun, air hangat.
8.      Sarung tangan.
2.1.2 Prosedur Kerja:
1.      Cuci tangan.
2.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3.      Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
4.      Gunakan sarung tangan.
5.      Bersihkan daerah yang akan di beri obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
6.      Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan, mengompres.
7.      Kalau perlu tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati.
8.      Cuci tangan.
2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit
2.2.1 Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.2
Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
·           Umur
·           Pemilihan agen topikal yang tepat
·           Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
·           Stadium penyakit
·           Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
·           Metode aplikasi
·           Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum à epidermis à papilla dermis à aliran darah2
Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
·           Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
·           Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
·           Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah2:
·           Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
·           Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
·           Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien (krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
·           Kuantitas obat yang diaplikasi
·           Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim atau salep).
Faktor lain
·           Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
-        Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
-        Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
-        Ukuran partikel obat diperkecil
-        Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
-        Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
1.      Anti jamur    : ketoconazol, miconazol, terbinafin
2.      Antibiotik     : oxytetrasiklin
3.      Kortikosteroid : betametason, hidrokortison
2.2.2 Alat dan Bahan
-        Troli
-        Baki dan alas
-        Perlak dan alas
-        Bengkok (nierbekken)
-        Air DTT dalam kom
-        Kapas
-        Sarung tangan
-        Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
-        Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
-        Lidi kapas atau tongue spatel
-        Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
-        Buku obat (ISO)
-        Baskom
-        Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
-        Sabun cuci tangan
-        Lap handuk
-        Tempat sampah basah dan kering
2.2.3 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. 2
2.2.4 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
Krim
Salep (ointment)
Lotion
Lotion yang mengandung suspensi
Bubuk atau powder
Spray aerosol.
2.2.5 Keuntungan dan Kerugian
·         Keuntungan
-        Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
-        Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
·         Kerugian
-          Secara kosmetik kurang menarik
-          Absorbsinya tidak menentu

Pemberian Obat pada Mata
2.1 Pemberian Obat pada Mata
2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu prosddur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien  lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien. 1
Obat mata dapat digolongkan menjadi
a.       Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b.      Obat mata golongan kortikosteroid
c.       Obat mata lainnya1
Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:
·         digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa,
·         digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
·         Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus.
·         Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
·         Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi.
·         Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.
Prinsip pemberian obat mata
1.      Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.
2.      Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.
3.      Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 1
2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata
Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur
·         meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
·         antiseptik dan antiinfeksi.
·         radang atau alergi mata.
Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.
2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.
a.       tetes atau salep mata
1.      botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2.      Patch dan plester mata (bila perlu).
3.      Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4.      Bola kapas atau tisu.
5.      Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6.      Sarung tangan sekali pakai.
b.      cakram intraokuler
1.      cakram obat.
2.      Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3.      Sarung tangan sekali pakai. 1


Pemberian Obat Melalui Telinga
Pengertian:
Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberikan dapat berupa antibiotik (tetes atau salep).

Contoh:
*Obat antibiotik : lorafenikol
*Obat pelunak serumen : karbogliserin 10%

Tujuan:
Untuk memberikan efek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
Menghilangkan nyeri
Untuk melunakkan serumen agar mudah diambil
Persiapan Alat:
Botol obat dengan penetes steril
Buku obat
Cotton bad/kapas lidi
cairan normal salin/NaCl
Sarung tangan/handscoon
Prosedur Kerja:
Cek obat, waktu, jumlah dan dosis serta telinga bagian mana
Siapkan klien / pasien:
~ Identifikasi klien (nama, alamat, umur)
~ Sediakan asisten perawat (bila diperlukan) untuk mencegah cedera pada bayi / anak kecil
~ Atur posisi klien ke samping dengan telinga yg akan diobati pada bagian atas
Cuci tangan
Memakai sarung tangan
Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
- Jika pasien terdapat infeksi telinga (Otitis media akut (OMA))
- Gunakan kapas lidi / cotton bad dibasahi dengan NaCl kemudian bersihkan daun telinga (meatus auditorius eksterna)
- Hangatkan obat tetes telinga, hangatkan obat kedalam air hangat dalam waktu yg singkat
- Tarik daun telinga keatas dan ke belakang (dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan ke belakang untuk bayi
- Masukkan sejumlah tetes obat yg tepat sepanjang sisi kanal telinga
- Berikan penekanan yg lembut beberapa kali pada tragus telinga (diputar-putar dengan jempol pada tulang kartilago)
- Anjurkan pada pasien untuk tetap posisi pasien
- Kaji respon pasien terhadap karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan sebagainya
- Rapikan alat dan buang peralatan yg tidak dipakai
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan

Pemberian Obat pada Hidung
1.       Pengertian
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung,yang dapat dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.

2.       Tujuan
-Yang di gunakan untuk meredakan gejala sumbatan (kongesti) sinus dan flu.
-Dapat juga digunakan untuk astma.

3.       Bentuk Obat
-TETES
-SEMPROT
-INHALER

4.       Prinsip 5 benar pemberian obat
a.        benar Obat
b.      Benar nama Pasien
c.       Benar Dosis
d.      Benar Waktu
e.      Benar Rute

5.       Persiapan alat dan bahan
        -obat pada tempatnya
        -pipet
        -spikulum hidung
- pinset anatomi dalam tempatnya
        - korengtang pada tempatnya
        - plester
        -kain kasa
-balutan
-handskun
 -bengkok

6.       Persiapan pasien
-Memberitau pasien dengan tindakan yang akan di ambil
-Menutup sampiran untuk menjaga prifasi pasien

7.       Prosedur kerja
a.       Cuci tangan
b.      Pasang handskun
c.       Atur posisi pasien
-Duduk di kursi dengan kepala tengadah ke belakang
-Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
                -Berbaring dengan batal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
d.      Berikan tetesan obat pada masing masing lobang hidung ( sesuai dosis )
e.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit
f.        Lepas handskun dan letakkan di bengkok
g.       Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
h.      Catat prosedur dan respon pasien


8.       Mekanisme obat
Mukosa hidung yang memiliki sifat absorpsi yang baik seperti mukosa mulut, cocok untuk pemakaian obat menurunkan pembengkakan mukosa secara topikal pada rinitis. Perlu dipertimbangkan bahwa akibat absorpsi juga dapat terjadi di efek sistemik, misalnya kenaikan tekanan darah dan takikardia pada bayi yang memakai tetes hidung yang mengandung alfa-simpatomimetik.

9.       Evaluasi
  Respon klien setelah pemberian obat melalui hidung termasuk rasa tidak nyaman.
                R/menilai keberhasilan pemberian obat.
Anjurkan mendiskusikan tujuan,cara kerja,serta efek samping dan metode pemberian obat.

10.   Dokumentasi
Catat keadaan hidung
Catat nama obat,dosis,waktu pemberian



No comments:

Post a Comment